Tanggal 16 Februari, tepat dua tahun aku numpang hidup di Bandung. Berarti sudah dua tahun juga aku menghuni kamar kosku. Beberapa hari lalu, tumben pagi-pagi aku tergerak untuk sedikit beberes. Beneran sedikit, karena cuma nyapu dan beresin koran yang terserak di lantai. Trus, iseng-iseng aku ngeliat salah satu laci. Rusuh deh isinya. Laci yang ukurannya gak seberapa itu penuh dengan sesuatu dari yang penting sampe gak penting sama sekali: slip gaji dari tahun pertama, kuitansi pembayaran kos, tiket kereta api, bon pembelian kamera, bon belanja di supermarket, kartu diskon dari foto studio dan kupon cuci cetak gratis (semua dah kedaluwarsa), dan receipt transaksi ATM dari bulan antah berantah. Stres juga ngeliatnya. Tapi tiba-tiba stresku terobati karena pas buka sebuah amplop, nemu uang Rp 100.000 di dalamnya. Seneng banget, berasa nemu harta karun! Laci pun aku rapiin. Barang-barang gak penting aku buang.
Abis itu aku meriksa sudut-sudut kamar yang laen. Lemari dua pintuku, di satu sisi berantakan banget, sementara di satu sisi lainnya agak mendingan. Trus, ada dua tumpukan koran yang udah mulai tinggi. Sebenernya masih ada lagi setumpuk koran lembar Jabar (yang kuselaraskan bahasanya) sejak pertama kali terbit. Yang satu ini sebenernya bisa kubuang sejak dulu. Cuma, sayang aja melenyapkan barang bukti hasil kerja kerasku (cieee). Tapi, kegemaranku (???) ini pernah bermanfaat lho. Setidaknya ada 1-2 lembar liputan khusus yang diambil dari koleksiku dibingkai dan terpajang di dinding kantor. Hari ini sebagian besar koran itu udah siap aku hibahkan ke asisten RT ibu kos untuk dia jual. Tentu aku masih harus menyimpan koran edisi 2008 demi kepentingan pekerjaan.Hehehe…
Lanjut ke kontainer plastikku yang terdiri dari empat kotak. Di kotak paling atas ada dua wadah berisi koleksi gelang dan aksesori. Kotak kedua berisi perlengkapan masak-masakanku. Nah, kotak ketiga mulai gak jelas. Isi resminya sih album foto, koleksi buku harian beberapa tahun terakir, dan majalah berukuran besar. Tapi belakangan apa aja bisa nyemplung, termasuk ”database” SMS yang kuterima di hari-hari besarku. Kayaknya juga ada lembaran2 kertas berisi catetan SMS yang juga dah dua tahun :D Sementara kotak keempat, yang meski cukup tertata, overload dengan majalah berukuran kecil dan koleksi novel. Banyak banget yang belom aku baca sampe tuntas. Bahkan beberapa masih terbungkus segel plastik. Sok gak punya waktu baca nih. Payah.
Ternyata aku punya bakat jadi penimbun harta karun juga ya. Segala macem disimpen, walopun benda-benda itu menurut ukuran kelaziman enggak penting dan gak bernilai. Tapi, menurutku, benda yang kusimpen punya nilai historis masing-masing sehingga membuatku tetep mempertahankannya.
Kalo ada yang buka inbox ponselku, bakal terkesima deh dengan fakta bahwa di situ tersimpan SMS tertanggal 1 Juli 2003 alias dah berusia 4,5 tahun!! Aku sendiri aja sempet kaget. Sebenernya baik si pengirim maupun isi SMS-nya gak luar biasa. Hanya, dia sekarang menghilang entah ke mana. Jadi SMS-nya kusimpan sebagai kenangan bahwa kami pernah berteman baik meski hanya sesaat (haiyaahhh). Gak kalah sentimentil, diam-diam aku masih menyimpan sobekan kertas kecil bertuliskan ”be careful” dari seorang sahabat menjelang keberangkatanku ke Bandung, dua tahun lalu. Ada juga kartu ucapan ulang tahun dua tahun lalu dari Indah. Dan, masih banyak lagi yang laen :D
Yah, inilah aku, seorang yang mementingkan dokumentasi atas hal-hal yang pernah dan sedang aku lalui. Ujung-ujungnya narsis. Biarin deh. Hanya, ke depan aku harus lebih teratur dalam hal pengarsipan agar sejarah hidupku tidak tercecer di sembarang tempat. Huehehehe…