Friday, February 04, 2011

Kardus, Kasur, Kontrakan

Sekitar lima bulan terakhir ini hidupku dipenuhi dengan tumpukan kardus. Dari kardus bekas mi instan, makanan ringan, mpe kardus bekas rokok, semua ada. Yap, aku harus berkemas. Memasukkan semua barang yang terkumpul di kamar kosku di Bandung selama 59 bulan ke kardus-kardus itu. Ternyata bukan urusan yang mudah. Meski udah nyolong start kemas-kemas, nyatanya urusan packing baru kelar pertengahan Januari lalu. Melelahkan. Apalagi ngerjainnya sambil bayangin kota yang mo dituju: Jakarta. Huaaaa, makin capek, deh.

Selain urusan kardus, urusan kontrakan juga gak gampang, lho. Bugdetnya cukup, spesifikasinya nggak cocok. Spek-nya oke, tarifnya di luar jangkauan. Tapi setelah capek-capek nyari, baik survei langsung maupun lewat internet (mpe mata jereng karena overdosis mantengin situs iklan properti sama peta), dapet juga rumah kontrakan yang cocok.

Rumah minimalis dengan dua lantai. Lante atas terdiri dari dua kamar plus satu ruang keluarga, yang kemudian disulap jadi kamar juga karena mo ditempati tiga orang. Pertimbangan memilih rumah ini: deket ama kantor, bersih, lingkungan masih cukup tenang, dan sirkulasi udara lumayan baik untuk ukuran Jakarta. Meski pemandangannya nggak sebagus di Bandung (dari kamar kos, pemandangannya kawasan Bandung utara yang kesohor itu), rumah inilah yang terbaik diltimbang-timbang dari banyak hal.

Urusan kardus selesei, kontrakan dapet, ehhh masih ada persoalan lagi dong. Ternyata struktur rumah dua lante dengan tangga yang sempit plus rada curam itu menimbulkan masalah pas kami mau memasukkan kasur. Kasurnya nggak bisa dinaikin dari tangga. Alhasil, kasur harus dinaikin lewat jendela kamar di lantai dua. Mana jendelanya sempit-sempit lagi. Wuaahh, heboh deh... Untungnya bisa juga dengan kerja rodi semua orang, termasuk mendatangkan bala bantuan segala. Kalo enggak, mesti repot-repot bikin woro-woro lelang via Facebook nih secara kasurnya nggak bisa dituker lagi karena barang pesenan.

Ternyata, pindahan dan punya rumah (meski ngontrak) itu ribet yakkk. Banyak yang mesti diurusin dan dipikirin. Beda banget ama pas ngekos di Bandung. Tinggal masuk aja...kamar dah lengkap, ada kasur, lemari, meja, kursi, kaca. Sampai ember kecil buat naruh peralatan mandi pun ada. Sementara sekarang, apa-apa mesti diusahain sendiri. Syukur alhamdulillah, aku berbagi rumah dengan orang-orang yang andal. Indah sangat mumpuni untuk urusan palu-memalu dan paku-memaku. Mbak Putri punya peralatan yang sangat kumplit. Dari perkakas besar ampe sekecil paku pun ada. Kalo aku sih nggak andal-andal amat, tapi punya spesialisasi dalam hal peralatan dapur...walupun ternyata aku nggak punya piring makan satu pun! Hahaha...

Sekarang aku sudah resmi menempati rumah baru ini, meskipun kardus-kardus masih tetap bertebaran dan kamar masih seperti gudang. Tapi di sinilah aku akan pulang untuk dua tahun ke depan. Walopun banyak keribetan, harus dihadapi. Meski pulangnya mesti ngelewatin kuburan, harus dihadapi juga, soalnya udah telanjur bayar dua tahun, dong. Bagemanapun, bisa tinggal di rumah ini wajib disyukuri. Segala sesuatu pasti ada cobaannya, kan. Ya, itung-itung latihan kalo punya rumah sendiri dan juga berumah tangga, deh. Huehehe. *Keknya mulai meracau. Udah ah..mo tiduuurr*

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home