Tuesday, August 31, 2010

Si Bungsu Sayang Ibu…

Terlahir sebagai anak bungsu membuat aku sangat dekat dengan ibu, bahkan cenderung manja (dan dimanjakan :p). Contohnya, ibu nggak "berkutik" ketika si bungsu ini menyusu sampe usia lima tahun. Serius, sodara-sodara, lima tahun! Bandingkan dengan anak-anak jaman sekarang yang paling banter minum ASI cuma enam bulan.

Gedean sedikit, makin lengketlah aku sama ibu. Ke mana-mana maunya ikut. Entah ke pasar, arisan, atau hajatan tetangga. Waktu SD (lupa kelas berapa), aku pernah ditinggal ibu ke Jakarta beberapa hari. Duh, mati gaya banget, rasanya kayak setahun. Apalagi aku harus ngerjain (sebagian kecil) pekerjaan rumah yang biasa ditangani ibu, misalnya masak nasi. Karena nggak biasa masuk dapur, masak nasi aja terasa berat. Pas hari ibu dijadwalkan pulang, seharian aku dah nggak mau ngapa-ngapain. Bengong aja di rumah nunggu ibu datang.

Beranjak remaja (cieeeh…), jabatan ibu merangkap sebagai sahabat tempat aku curhat. Aku deket sama siapa, naksir siapa, semua diceritain ke ibu. Ibu juga sampai tahu, lho, artis atau grup band yang aku idolakan. Bahkan ibu hafal syair beberapa lagu yang aku suka, kayak lagu-lagu Sheila on 7, MLTR, dan Westlife. Gaul deh, pokoknya (pada masanya…, hehe).

Begitu kuliah, aku harus ngekos di Yogyakarta, kira-kira 40 kilometer dari tempat tinggalku di Gunungkidul. Tapi, itu nggak mengurangi kedekatanku sama ibu. Seminggu sekali aku pulang. Kami masih bisa masak bersama (tepatnya aku menemai ibu masak) diiringi dengan rumpian-rumpian seru.

Tentu, hubungan kami gak selamanya mulus. Kadang-kadang ada berantemnya juga, secara aku ini bukan anak yang manis-manis amat. Selesai kuliah, aku sempat terobsesi menjadi wartawan. Maka, setiap ada media membuka lowongan wartawan, aku kejar. Dari Surabaya, Yogyakarta, Bandung, sampe Jakarta, semua aku jabanin demi profesi impian itu. Sayang, tak ada satu pun yang tembus. Usut punya usut, orangtua kurang sreg dengan cita-citaku itu. Sepertinya mereka melihat wartawan sebagai profesi yang ”berbahaya”, apalagi kalau ditempatkan di daerah pelosok, atau daerah konflik, misalnya. Aku sempet marah sama ibu (dan bapak), yang membuat hubungan kami agak tegang. Merasa berdosa sekali kalau ingat itu semua.

Masa ”gelap” itu pun berakhir. Kami berdamai. Tak lama, aku dapat pekerjaan yang aku suka sekaligus direstui orangtua. Lega. Jarak Bandung-Gunungkidul tak terasa jauh karena hampir tiap hari kami saling SMS atau telepon. Setiap 3-4 bulan sekali aku juga menyempatkan diri cuti dan pulang ke rumah. Ritual dengan ibu nggak pernah hilang. Menemani ibu masak sambil cerita ngalor-ngidul, ke pasar buat hunting jajanan masa kecil, sampai tidur bareng. So sweet, kata anak-anak masa kini :) Atau kolokan, ya?

Tapi, hidup memang penuh dengan kejutan. Pertengahan Ramadhan ini ujian berat dialamatkan kepada ibu. Ada sebuah benjolan yang diduga tumor di perutnya dan harus dioperasi. Kabar itu di telingaku seperti petir di siang bolong. Seumur-umur ibu sehat walafiat, tetapi di usianya yang 55 tahun, beliau mendapat ujian yang tidak ringan.

Usia boleh tak lagi muda, namun semangat ibu tetap membara. Dengan mantap ibu menjalani operasi, yang ternyata adalah kista ovarium dan miom. Aku sedikit lega, setidaknya nggak seseram yang aku bayangkan.

Meski begitu, aku belum bisa lega sepenuhnya. Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, saat kontrol perdana, hasil laboratorium menunjukkan ada sesuatu yang ganas, dan kalau itu benar (semoga sih salah), ibu harus menjalani kemoterapi. Hancur hatiku membaca kabar yang disampaikan ibu lewat SMS itu. Tapi, lagi-lagi aku melihat semangat ibu yang luar biasa untuk sembuh. Apa pun akan dilakukan agar bisa sehat walafiat seperti sediakala.

Ibu, anak bungsumu ini akan selalu bersama ibu, berusaha dan tak lupa berdoa. Semoga Allah SWT memberi kita kemudahan untuk melalui ujian ini. Cepet sembuh, ibu. Si bungsu sayang ibu :)

2 Comments:

Blogger Lawni Tenisa said...

semoga cepet sembuh buat Ibu, Nik. Bapakku juga kena kangker di usus besar :)

6:36 PM  
Blogger Akira's Blog said...

Teteb semangat ya Nan... :) Semoga selalu yg terbaik buat kamu & keluarga.

5:12 PM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home