Friday, July 20, 2012

Tahun Kegalauan

Ahh, lama sekali aku nggak update blog ini. Bukan karena nggak ada cerita. Tapi nggak sempat nulis aja, dan lagipula lebih sering update blog masak-masakku. Tapi kali ini aku mau nulis di sini.

Sesuai judulnya, tahun 2012 ini emang tahun penuh kegalauan dalam hidupku (kalau menurut istilah supervisorku di kantor sih gundah gulana :p, duh bahasa tahun kapan tu yak). Tapi kalau boleh jujur, kegalauan itu udah terasa sejak Agustus 2010, tepat di ulang tahunku yang ke-30. Beberapa hari setelah itu Ibu masuk rumah sakit, operasi kista.

Ternyata belakangan diketahui, itu bukan "sekadar" kista, melainkan kanker ovarium, yang ketika diperiksa sudah masuk stadium III B. Hancur lebur deh perasaanku saat itu. Walaupun begitu, aku berusaha tegar, terutama ketika di depan Ibu. Mengingat semangat beliau yang luaaaarrrrr biasa. Ketegarannya pun top banget.

Kemoterapi 11 kali selama sekitar 1 tahun dijalaninya dengan optimististis. Salah satu motivasinya buat sembuh adalah karena tahun 2014 insya Allah akan pergi haji.

Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Sabtu, 18 Februari 2012 sekitar pukul 06.00, Ibu dipanggil Allah SWT. Telpon dari budhe dan bulekku bener-bener kek samberan petir di pagi buta. Bagaimana enggak, malemnya aku masih SMS-an sama Ibu. Meski tau kondisinya emang mulai menurun menjelang kemoterapi ke-12 (yang akhirnya nggak jadi), aku masih sangat berharap Ibu sembuh. Masih pengen Ibu nenemin aku melewati momen-momen penting dalam hidupku.

Jujur agak menyesal juga karena hari itu aku mestinya ada di rumah, tapi ontran-ontran di kontrakan terpaksa membuatku menunda kepulangan. Tapi sudahlah, nggak ada gunanya juga menyesali yang sudah terjadi, kan?

Terkait sakit dan kepulangan Ibu, aku emang nggak banyak cerita sama temen-temen. Maaf kalau ada yang baru tahu sekarang-sekarang (bahkan kemaren ini, so sorry my big bro), meskipun kalian termasuk orang-orang dekatku. Maklumlah, kegalauanku sudah tingkat dewa. Dan kadang aku emang tertutup untuk hal-hal yang nggak bikin hepi kek gitu.

Nyambung soal kontrakan, akhirnya aku sekarang tinggal di kos. Back to basic. Ngekos emang bukan hal baru sih, pengalamanku udah belasan tahun. Tapi selalu berbeda cerita ketika sampe pada bulan Ramadhan. Waktu masih di Bandung, meski masih jadi anak kos, Ramadhan-ku seru banget dengan sahur bareng temen-temen kantor (di sana, temen kantor itu udah kek keluarga banget). Tempatnya pindah-pindah. Kadang deket-deket aja, kadang ke Punclut, bahkan pernah ke Jatinangor (Sumedang). Buka bareng juga ada, biasanya di rumah (kontrakan) temen yang udah berkeluarga.

Tahun lalu adalah tahun pertamaku puasa di ibu kota, di kontrakan yang bikin benci tapi rindu itu. Bareng Indah, menu makan kita rumahan banget karena masak sendiri. Meski cuma sahur berdua, asik-asik aja tuh.

Nah, kalau sekarang, Ramadhan berasa sepiii sunyi sendiri. Aku tinggal di kos barengan dua teman. Yang satu enggak puasa, yang satu lagi puasa tapi aku belum pernah ngobrol karena nggak pernah ketemu. Jadi belum janjian buat sahur bareng atau apa. Jadinya ya sahur pertama hari ini aku lewati sendiri. Berbekal magic com dan panci elektrik pinjeman teman kantor, lumayanlah bisa masak nasi dan bikin lauk ala kadarnya. Ditambah ngemil kelengkeng dan kurma, aku siap menyambut Ramadhan tahun ini. Semoga banyak berkah yang kudapat, dan semoga kegalauan juga cepet berlalu :))


Al Fatihah buat Ibu dan doa buat Bapak yang jauh dari anak-anaknya, semoga selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

1 Comments:

Blogger Lawni Tenisa said...

ikut berduka cita, Nanik.

8:37 AM  

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home