Monday, March 17, 2008

Mimi lan Mintuna

Bukan bermaksud rasis, mungkin untuk kalangan orang Jawa, Mimi lan Mintuna (bahasa Indonesia: Mimi dan Mintuna) udah cukup familier. Kalopun gak ngerti persis artinya, paling gak pernah denger. Mimi lan Mintuna tuh biasa diungkapkan untuk menggambarkan kerukunan ato kekompakan pasangan, misalnya suami-istri. Tapi bisa juga kali untuk kekompakan di antara teman, sahabat, ato keluarga. Aku gak tau.

Aku sebenernya gak asing dengan istilah Mimi lan Mintuna, tapi enggak pernah tau makhluk apa sih sebenernya itu. Sejak denger pertama kali, yang ada di kepala, Mimi lan Mintuna tuh orang. Entah itu anak-anak, remaja, ato kakek-nenek. Pokoknya manusia deh.

Sampe suatu ketika, dari pembicaraan dengan teman sekantorku Rony, yang bisa-bisanya berujung ke masalah Mimi lan Mintuno, dia bilang kalo dua sejoli itu binatang. Menurut dia, Mimi lan Mintuna itu semacam kecoa, yang antara jantan dan betina posisinya tak terpisahkan. Mungkin kalo orang, kek gandengan tangan terus gitu lah. Bayangkan sendiri :p

Masih penasaran, aku browsing di Google. Nemu info di sini, bahwa Mimi dan Mintuna itu binatang semacam ketam. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketam berarti kepiting berkaki enam dan bersepit, hidup di tepi pantai, parit, sungai, atau pematang sawah.

Penasaranku masih berlanjut. Aku mewawancarai temanku yang lain, tentang Mimi lan Mintuna. Aku pengen tau, dalam bayangannya (ato pengentahuannya), mereka itu makhluk apa, tanpa boleh buka Google tentunya. Di luar dugaan, dia bisa menjabarkan dengan baik. Dia juga tau sejak SD, dari gurunya, bahwa mereka itu binatang.

Huuuh, ternyata selama ini aku salah besar. Dan kesalahan itu dah berlangsung sekian puluh tahun. Ya sudah lah, yang penting sekarang udah tau. Demikian sekilas info. Penting gak sih???

Wednesday, March 12, 2008

Bukan Tas Biasa (Let’s Go Green!)

Seperti kuakui dalam posting sebelumnya, aku tuh termasuk hobi nimbun-nimbun barang, termasuk tas. Mulai tas punggung, tas selempang, tas kosmetik, tas karung (tote bag), sampe tas kertas dari beli sepatu ato baju. Dari sekian banyak tas yang kutimbun dan jarang dipake, sebagian kudapet dari majalah. Tiap ada majalah yang kasih bonus tas, aku selalu tertarik beli. Sedikitnya ada empat tas dari bonus majalah. Seneng aja ngumpulin tas berlogo sebuah instansi :) Indah tau banget hobiku yang satu ini. Sampe pernah siang-siang dia SMS hanya untuk woro-woro kalo salah satu majalah lagi ngasih bonus tas. Hehehe.

Trus belakangan ini aku suka ngumpulin tas ramah lingkungan. Kan lagi rame tuh orang-orang pada kampanye antikantong plastik. Jonas Photo Bandung dan Carrefour, misalnya, udah menjual tas nonplastik itu.Tentu saja aku udah beli :p

Ada cerita konyol pas aku beli tas ramah lingkungannya Carrefour warna ijo bertuliskan ”Carrefour Goes Green”. Udah tau aku beli tas itu untuk menghindari tas plastik, tetep aja Mas Kasir nempatin tas itu di tas plastik, sementara barang belanjaanku ditaruh di tas plastik laennya. Walah, boros amat. Langsung aja aku minta semua belanjaanku ditaruh di tas hijau itu.

Memang sih, aku belom konsisten menolak kantong plastik. Kalo beli makan siang, misalnya, aku masih mengandalkan tas plastik karena khawatir kuah sayurnya tembus dari kertas minyak pembungkus. Tapi kalo barang yang kubeli sedikit dan bisa ditenteng ato dimasukin tas punggungku, aku menolak tas plastik. Yang penting, ada niat baik untuk lebih ramah lingkungan.
Kalo berikut ini, fakta cukup mengejutkan yang kuambil dari majalah gratisan Kangguru edisi September 2007 tentang waktu pembusukan sejumlah barang. Semoga menggugah kesadaran kita untuk sedikit peduli terhadap lingkungan. Cieh, gayanya kek aktivis lingkungan aja. Udah ahhh….