Wednesday, January 16, 2008

Narsis Part I

Kemaren nemu artikel menarik nih:

Narsis di Search Engine
Pernah mengetik nama sendiri di search engine Google untuk tahu apakah ada “berita” mengenai diri kita? Kalau iya, nggak perlu malu, kok, mengakuinya, meski kesannya narsis berat gitu, he he he. Menurut survei Pew and American Life Project, sekitar 47% pengguna internet di AS juga melakukannya.

Selain “menyelidiki” diri sendiri, ada 53% responden yang menggunakan fasilitas search engine untuk mencari tahu mengenai orang lain—terutama orang-orang dari masa lalu, seperti teman, kolega, hingga mantan pacar! (AME)
(Citacinta No 02/IX 16-30 Jan 2008)

Artikel yang ”gue banget” :p Tapi, jauh sebelum tulisan ini dimuat aku udah melakukannya loh. Jadi untuk urusan narsisme aku udah duluan. Iseng pengen tau, apa aja yang muncul ketika aku ngetik namaku. Demi kepentingan posting di blog ini, semalem aku cek lagi di internet. Yang muncul adalah:
1.Milis ekamas (alumni SMA)
2. Website Sastra Inggris UGM
3. Website FIB UGM
4. Friendster
5. Milis Urang Sunda
6. Multiply
7. Beberapa blog teman
8. Blogspot
Dulu sih pernah muncul juga situs Trans TV (waktu tes Broadasting Development Program), tapi sekarang dah gak da lagi.

Lumayan, namaku tercatat di database Paman Google. Jadi kalo ada yang kehilangan jejakku, bisa dengan mudah tanya ke Paman Google. Dalam sekejap dijamin langsung terhubung kembali deh, huehehe.

Kalo lagi gak ada kerjaan aku juga suka iseng ngetik nama temen-temen baik dari masa lalu maupun masa kini, tapi lebih sering temen masa lalu yang dah gak ketauan rimbanya. Munculnya macem-macem, ada judul skripsinya yang tersimpan di perpustakaan kampus, ada namanya dalam daftar peserta CPNS di suatu instansi. Merupakan kesenangan tersendiri kalo aku bisa terhubung lagi sama mereka :) So, berawal dari kenarsisan, ada hikmah yang bisa dipetik.

Tuesday, January 01, 2008

Nothing is Perfect

Tak ada sesuatu yang sempurna. “Kesempurnaan hanya milik Allah SWT,” kata Bunda Dorce dalam acara Dorce Show-nya.

Hari terakhir di tahun 2007, meski gak istimewa-istimewa banget, cukup menyenangkan bagiku. Bangun siang, enggak harus kerja, kamar bersih dan rapi, trus makan di tempat yang udah aku pengen sejak lama.

Tapi, selalu deh ada tapi-nya, sebuah insiden kecil lumayan mencederai kesenanganku. Malem Tahun Baru, daripada gak ngapa-ngapain, aku dan pasangan duet mautku berencana nongkrong sambil makan jagung bakar di Jalan Dago. Biar lebih rame, kami ngajak seorang temen yang gak usah disebut namanya, tapi link-nya boleh dibukak lho :p. Kami janji ketemu di sebuah warung jagung bakar (ya iyalah, emangnya mau di bengkel??). Sebelum ketemuan, tokoh kita yang udah gak misterius ini bilang ada perlu di suatu tempat tak jauh dari calon TKP.

Sekitar 15 menit sebelum nyampe lokasi, aku udah SMS temenku. Maksudku biar dia bisa memperkirakan kapan harus meluncur ke lokasi biar sampenya barengan. SMS gak dibalas. Pas kami sampai pun belum ada tanda-tanda temenku muncul. Kami tinggal dulu belanja di supermarket, tetep dia belum keliatan. Ditunggu sambil nongkrong di pinggir jalan, gak dateng-dateng. Akhirnya kutelpon. Tanpa menyebutkan ada di mana, dia langsung tanya apa kami udah nyampe.

Aku beranggapan begitu tau kami udah nyampe, dia akan nyusul. Ternyata enggak juga. Kira-kira 28 menit kemudian ada telpon dari nomor kantor. Perasaanku sedikit gak enak tapi aku masih berbaik sangka itu telpon dari temen yang laen. Perkiraanku salah. Telpon itu dari teman yang sedang kita bicarakan ini. Dengan innocent dia bilang masih di kantor nonton Nagabonar Jadi 2. Bete banget gak sih? Bahkan dia belum beranjak dari kantor! Dia bilang bakal nyusul.

Sementara itu, pasangan duetku udah mulai pusing dengan hiruk-pikuk sekelilingnya. Dia bilang 30 menit lagi harus pulang. Tapi aku mengusulkan untuk sesegera mungkin beranjak dari tempat duduk. Di benakku udah bercokol ide jahil (bukan jahat), balas ngebetein (bukan balas dendam) temenku yang udah bikin bete itu. Dalam skenarioku, dia datang saat kami udah pulang. Bener aja, beberapa menit kemudian, pas kami dalam perjalanan kaki pulang, dia menelepon. Dia udah berada persis di seberang TKP. Dengan culas aku bilang kalo kami udah pulang. And that’s the end of 2007.

Selamat Tahun Baru 2008 buat semua
Semoga selalu ada semangat baru dalam tiap hari yang akan kita lalui…