Tuesday, December 19, 2006

Semua Tak Sama

Tiga bulan kami menempati kantor baru. Buat aku pribadi, banyak hal yang berubah, bahkan hilang. Kantor baru berlantai lima yang berlokasi di salah satu jalan yang banyak FO-nya ini memang bagus secara fisik, nyaman buat kerja. Fasilitas jauh lebih lengkap dan oke ketimbang kantor lama.

Tapi, semua itu enggak selalu bikin aku merasa lebih hepi. Bukannya enggak bersyukur, cuma kadang-kadang aku kangen suasana kantor kecil di Jalan Diponegoro yang terasa lebih hangat dan menyenangkan itu. Suasananya enggak kantor banget, lebih kayak rumah dengan anggota keluarga sangat banyak (keluarganya enggak ikut KB sih!).

Dulu, di kantor lama yang sempit dan hanya dua lantai itu, aku selalu menyempatkan diri menyapa teman-teman iklan dan TI sebelum naik ke lantai dua. Dari pintu masuk aku bisa melihat wajah-wajah mereka untuk sekadar say hello, ato masuk sebentar untuk ngobrol barang lima menit. Sekarang, buat menyapa temen unit lain harus bener-bener menyengajakan datang ke lantai satu atau dua.

Dulu, di redaksi, tepatnya di meja depan pintu masuk, biasa nangkring beberapa mahkluk yang mencari kepuasan dengan merokok. Ada Rony, Mas Eri, Mas Toto, atau Mas Nut.
Sekarang, jamaah itu gak ada lagi. Hanya kadang-kadang mereka melakukan aktivitas itu di tangga lantai tiga bagian belakang. Dulu, TV menjadi hiburan massal bagi kami. Satu TV yang gede biasa kami kerubuti. Ada Mas BW yang tiap hari hobi nyariin remote TV, Helmy yang sukanya nonton film yang gak pake mikir, dan Faiq yang kalo nonton TV berisik kayak komentator sepak bola. Sekarang, ada TV yang dibiarkan nganggur, ada juga yang nyala tanpa ditonton. Hanya TV di belakang yang kadang ditonton rame-rame.

Dulu, tiap sore ato malem meja rapat selalu rame dengan orang-orang yang makan ato baca koran sambil ngerumpi. Sekarang, letak meja rapat enggak strategis. Jadi, makan lebih sering dilakukan di meja masing-masing. Sepertinya orang-orang jadi lebih sibuk di cubicle masing-masing, dengan pekerjaan dan entah apa.

Dulu, interaksi face to face lebih sering. Kalo tanya sesuatu suka datengin orangnya langsung. Sekarang, karena satu sama lain terpisah jarak yang cukup bikin males buat jalan (walopun ada otopet dan skateboard), akhirnya kami lebih sering memencet nomor ekstensi untuk nanya-nanya.

Yahh… lain ladang, lain belalang; lain dulu, lain sekarang (lohhh..peribahasanya enggak nyambung deh!). Bagaimanapun, aku mencoba untuk menikmatinya. Setelah tiga bulan berlalu, semua baik-baik aja kok. Lagipula, ada wacana untuk nongkrong bareng habis produksi tiap malem Sabtu, meski baru terealisasi sekali setelah di kantor baru. Paling tidak kami yang tergabung dalam satu serikat buruh ini bisa lebih menjalin keakraban, menyatukan gosip-gosip terhangat, dan lain-lain.